Advertisemen
1. Ta’rif Nabi dan Rasul
Rasul adalah orang
laki-laki pilihan yang Allah berikan wahyu berisi syari’ah dan diperintahkan
untuk menyampaikan kepada kaumnya. Sedang nabi adalah orang laki-laki yang
Allah berikan wahyu kepadanya berisi syari’ah, tetapi tidak diperintahkan untuk
menyampaikan kepada kaumnya. Rasul dan nabi sama-sama mendapatkan wahyu, tetapi
sering kali seorang Nabi diutus Allah kepada kaum yang memang sudah beriman
sehingga perannya hanya menjalankan syari’ah yang sudah ada itu dan tidak
membawa ajaran yang baru.seperti para Nabi yang pernah Allah utus kepada Bani
Israil setelah ditinggalkan Nabi Musa, mereka bertugas mengajarkan dan
mengamalkan Taurat, tidak membawa ajaran yang baru/bukandari Taurat. (QS. 2:
246). Di sinilah rahasia sabda Nabi : al ulama waratsatul Anbiya, bukan waratsaturrasul,
karena peran ulama hanya terbatas pada menyampaikan ajaran agama yang ada bukan
membuat aturan baru.
2. Jumlah Nabi dan Rasul
Ketika Rasulullah ditanya
oleh Abu Dzar, tentang berapa jumlah para nabi dan rasul itu? Nabi menjawab 120
(seratus dua puluh) ribu, dari mereka itu terdapat 313 (tiga ratus tiga belas)
rasul. Dari jumlah itu, yang tersebut namanya dalam Al Qur’an terdapt 25 orang,
yaitu : 1.Adam, 2. Nuh, 3. Idris, 4. Shalih, 5. Ibrahim, 6. Hud, 7. Luth, 8.
Yunus, 9. Ismail, 10. Ishaq, 11. Ya,qub, 12. Yusuf, 13. Ayyub, 14. Syu’aib, 15.
Musa, 16.Harun, 17. Yasa’, 18. Dzulkifli, 19. Dawud, 20. Zakariyyah, 21. Sualaiman, 22. Ilyas,
23. Yahya, 24. Isa dan 25. Muhammad SAW.
18 orang nabi disebutkan
namanya dalam surah Al An’am/6: 83-86, kemudian yang lainnya disebutkan di
ayat-ayat lain seperti QS. Ali Imran/3: 33, Al A’raf, 65, 73, 85, Huud/11:50,
61, 84, Al Anbiya/21: 85.
3. Syubuhat yang muncul dalam
masalah Nubuwwah dan Risalah.
a.
Mengapa nabi dan rasul itu tidak dari bangsa malaikat saja ?
Para nabi dan rasul diambil
dari bangsa manusia itu sendiri, ( QS. 3:144) bukan dari jenis makhluk lain,
meskipun pernah ada permintaan dari kaum kafir agar nabinya dari bangsa
malaikat. Hal ini sangat tidak mungkin, karena akan bertentangan dengan fungsi
dan tugas rasul yang menjadi teladan. Bisa jadi ketika nabi yang dari malaikat
itu menyerukan sesuatu umatnya mudah saja menolak dengan mengatakan :”Wajar
saja ia bisa berbuat begitu, karena memang dia malaikat, sementara kita manusia
biasa, bagaimana bisa seperti dia…..dst”
b.
Mengapa nabi dan rasul itu selalu dari laki-laki, tidak ada
yang wanita
Begitu juga tidak ada
nabi atau rasul dari kaum wanita. Kenabian adalah mutlak pilihan Allah, tidak
ada intervensi siapapun dalam penunjukannya (QS. 21:7), disamping itu tugas-tugas
kenabian yang harus dilakukan memang banyak yang bertentangan dengan fitrah
kewanitaan, seperti menerima wahyu, berbaur dengan umat, berjihad, keluar
rumah, dsb. Bagaimana jadinya jika nabi itu wanita yang sedang berhalangan lalu
mendesak turun wahyu.. Dan sepanjang sejarah manusia memang belum pernah ada
nabi wanita.
4. Sifaturrasul
a.
Basyariyyaturrasul
Para nabi adalah manusia biasa yang juga membutuhkan hal-hal yang bersifat
umum, seperti makan, minum, menikah, berketurunan dan sifat
kemanusian/basyariyyah lainnya. (QS. 25: 20, 13:38, 5:75)
Para
Nabi tidak memiliki kekuasaan sedikitpun
yang menjadi kekhususan Allah, seperti mengetahui hal-hal ghaib, menguasai
alam, mendatangkan keuntungan atau kerugian, memberkahi, dsb, kecuali yang telah Allah berikan
kepadanya. QS. 7:188, Jin: 26-27
b. Ishmaturrasul.
Para
rasul adalah orang yang ma’shum, terlindung dari dosa dan salah dalam kemampuan
pemahaman agama, ketaatan, dan menyampaikan wahyu Allah, mereka telah dibekali
Allah kesempurnaan dalam hal amanah, shidq/ kejujuran, fathonah/
kecerdasan, dan tabligh/
penyampaian, sehingga selalu siaga dalam menghadapi tantangan dan tugas apapun.
c.
Iltizamurrasul
Para rasul adalah orang-orang yang
selalu komitmen dengan apapun yang mereka ajarkan. Mereka bekerja dan berda’wah
sesuai dengan arahan dan perintah Allah, meskipun untuk menjalankan perintah
Allah itu harus berhadapan dengan tantangan-tantangan yang berat baik dari
dalam diri pribadinya, maupun dari para musuhnya. Dalam hal ini para rasul
tidak pernah sejengkal-pun menghindar atau mundur dari perintah Allah.
5. Mukjizat Rasul.
Para rasul juga dibekali mukjizat
dan tanda-tanda keistimewaan lainnya, untuk membuktikan kebenaran kerasulannya,
bahwa mereka datang dari Allah SWT. Seperti yang pernah Allah berikan kepada Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi
Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad SAW.
6. Rasul Ulul-Azmi.
Dari 25 orang rasul itu
terdapat lima
orang rasul yang dikenal dengan Ulul- Azmi minarrusul, yaitu : Nuh, Ibrahim,
Musa, Isa, dan Muhammad SAW. Mereka itu Allah sebutkan dalam firman Allah: “Dan Ingatlah ketika kami mengambil
perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu sendiri, dari Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa
putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh”
QS. Al Ahzab/33:7
Lima rasul ulul-azmi inilah yang
harus selalu kita kenang dan kita hayati perjalanan hidupnya, tanpa melupakan
atau mengecilkan peran dan keteladanan rasul-rasul lainnya.
a. Nabi Nuh, as. Kegigihannya dalam berda’wah siang dan malam, tanpa mengharapkan
jasa dan imbalan dari kaumnya. Keberadaan istri dan anak yang menjadi
pengahalang da’wahnya serta ia tidak pernah terpengaruh oleh tantangan dan
ejekan itu.
“Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya kami
(pun) mengejekmu, sebagaimana kamu sekalian mengejek kami” QS. Hud/11: 38
b. Nabi Ibrahim, as. Kepatuhannya dalam menjalankan perintah Allah, mulai dari
pernyataannya memisahkan diri dari kepercayaan kaumnya termasuk ayahnya
sendiri, caranya berdialog menunjukkan kebatilan patung/berhala kepada kaumnya,
keberaniannya menghancurkan patung-patung sesembahan Namrud dan kaumnya, hingga
murka dan pembakaran Ibrahim oleh kaumnya (QS.21: 51-69). Maka wajar orang yang sedemikian hanifnya,
dan tinggi semangat da’wahnya, Allah tidak relakan terbakar oleh api
Namrud. Demikian juga kepindahannya ke
Makkah, tanah tandus yang tidak berumput (QS. 14:37), kesiapan istri dan keluarga ketika harus ditinggal
sendiri, Ibrahim pergi memenuhi perintah Allah. Kesungguhannya untuk berkorban,
kebesaran jiwa istri, dan kepatuhan anak untuk dikorbankan, hanya karena
memenuhi perintah Allah.
c. Nabi Musa, as. Kisah terbanyak dalam Al Qur’an adalah kisah Musa dan Fir’aun. Sejak kecilnya sudah dihadapkan dengan
bahaya. Kerelaan ibunya menghanyutkan bayi Musa di sungai Nil, adalah sebuah
pengorbanan yang tak terhingga. Pembelaannya pada Bani Israil yang tertindas,
membuatnya keluar dari istana Fir’aun, menuju ke Madyan, menjadi penggembala
kambing Nabi Syu’aib selama sepuluh tahun. Lalu diperintahkan Allah kembali
menemui Fir’aun mengajaknya beriman kepada Allah,QS. Al Qashash/28:2-40, Musa
mulai berhadapan dengan tantangan besar, ditentang dan dimusuhi Fir’aun. Musa
berhasil membawa sebagian Bani Israil setelah mengalahkan tukang-tukang sihir
Fir’aun. Musa di uji kesabarannya membawa Bani Israil, keluar dari Mesir menuju
ke Baitul Maqdis dan pendurhakaan Bani Israil pada Musa, (QS.5:20-25).
d. Nabi Isa, as. Kelahiran tanpa ayah (19:16-22),
tuduhan keluarga Maryam atas diri Maryam, (19:27-28). Mukjizat Isa yang bisa berbicara saat di
buaian, menyembuhkan orang sakit, dan menghidupkan orang mati, atas izin Allah
(3:49) tidak membuatnya
keluar dari statusnya sebagai hamba Allah (4:172). Tantangan dari kaum Yahudi, yang berusaha membunuhnya
(4:157-158). Pengkultusan yang dilakukan oleh kaum Nasrani, karena Isa dianggap
memiliki sifat-sifat ketuhanan, seperti menyembuhkan orang sakit, menghidupkan
orang mati, dan membuat burung dari tanah (3:49, 4:1710, 5:72-73, 116-120) membuatnya berdoa “
Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu dan
jika Engkau mengampuni mereka, maka sesngguhnya Engkau yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana ”.
e. Nabi Muhammad, SAW. Kesabarannya
yang tak terhingga dalam mengajak kaumnya bertauhid kepda Allah. Tantangan dari
kaumnya dan bahkan pamannya sendiri, hingga ia harus terusir dari kampung
halamannya. Ke Thaif, dilempari batu, dituduh orang gila, tapi yang keluar dari
mulutnya, hanya permohonan kepada Allah agar menunjuki mereka. Dst.
Demikianlah
kegigihan para rasul ulul azmi dalam menyelamatkan kaumnya dari bahaya
kufur, agar mereka bertauhid kepada Allah. Seluruh usaha dan pengerahan
kemampuan hanya ditujukan agar umat manusia menjadi beriman kepada Allah, hidup
dengan benar, keluar dari lingkaran kebinatangan untuk menjadi manusia utuh dan sempurna,
memerankan fungsi khalifah, sebagai makhluk yang memiliki keutamaan
dibandingkan dengan makhluk manapun adanya.
Add Comments